Rabu, 26 September 2018

Pertemuan 7 : Fenil propanoid


KIMIA BAHAN ALAM
Pertemuan 7 : Fenil propanoid

A.    Asal usul
      Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin. Golongan senyawa ini adalah zat antara dari jalur biosintesis asam sikimat. Berdasarkan strukturnya, fenilpropanoid memiliki cincin fenil yang menjadi tempat melekatnya rantai samping 3C. Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa memiliki kerangka aromatik fenil (C6) dengan rantai samping propanoid (C3), sehingga jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9 atau fenil propanoid dan kelipatannya. Fenilpropanoid juga dapat mengandung satu atau lebih residu C6-C3. Karakteristik lainnya adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat satu atau beberapa gugus hidroksil yang melekat pada rantai aromatik, sehingga memiliki sifat fenolik. Karenanya, golongan Fenilpropanoid 3 fenilpropanoid disebut pula sebagai fenolik tumbuhan. Keberadaannya berlimpah pada tumbuhan namun terbatas pada jamur dan belum ditemukan pada manusia atau vertebrata. Senyawa fenilpropanoid terbentuk dari asam sikimat. Selain fenil propanoid, jalur asam sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7. Berbagai senyawa golongan lignin, stilben, kumarin memiliki kerangka C9. Sedangkan asam galat, struktur benzoik, berbagai polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7. Golongan ini melewati starting material asam amino L-tirosin dan L- fenilalalin yang merupakan asam amino esensial (manusia tidak memiliki jalur biosintesis ini), sehingga potensi toksisitasnya kecil pada manusia.
    Golongan fenil propanoid adalah senyawa yang memiliki aktifitas farmakologi luas seperti antikanker (podofilotoksin), filantin berefek sebagai hepatoprotektor dan stimulan kekebalan dalam tanaman meniran (Phyllanthus niruri), antiaterosklerosis (stilebenoid, dan resveratrol), antidiabetes (sinamaldehide, yang terkandung dalam kulit kayu manis (Cinnamomum burmani)), dan eugenol yang merupakan bahan antiseptik gigi yang diperoleh dari kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum). Berbagai bahan parfum atau aroma aromaterapi juga merupakan senyawa fenilpropanoid. Hal ini dikarenakan minyak atsiri disusun oleh golongan monoterpen, seskuiterpen, dan fenilpropanoid.

B.     Struktur Molekul



Fenilpropanoid dapat diklasifikasikan berdasarkan gugus kimia dasarnya, yaitu:
1. Asam hidroksisinamat
2. Fenil propena
3. Kumarin
4. Fenilpropanoid pendek
5. Turunan bifenilpropenoid
6. Fenilpropanoid dengan berat molekul tinggi

C.     Skrining fitokimia
    Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah skrining fitokimia ekstrak daun  mulberry, kadar alkohol ekstrak daun mulberry dan penentuan bahan penstabil terpilih yang akan digunakan selanjutnya di penelitian utama.
     Hasil ini sesuai dengan penelitian Rayi (2015) bahwa daun mulberry positif mengandung fenol, tanin, flavonoid dan steroid. Serta penelitian Damayanthi (2008) bahwa daun mulberry memiliki nilai fenol yang tinggi, daun mulberry dilaporkan kaya akan kandungan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis yang termasuk dalam aktivitas antioksidan, daun segar mulberry pun mengandung theaflavin, tanin, serta kafein.
   Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Flavonoid merupakan golongan fenol yang terbesar, selain itu juga terdapat fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid dan kuinon fenolik (Harborne, 1987)
   Fenol cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987). Senyawa fenol biasanya terdapat dalam berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol diproduksi oleh tanaman melalui jalur sikimat dan metabolism fenil propanoid (Apak et al, 2007).
   Senyawa fenol diduga mempunyai aktivitas antioksidan, antitumor, antiviral, dan antibiotik. Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik sehingga semua menunjukkan serapan kuat terhadap spectrum UV. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fenol sederhana dan polifenol. Contoh fenol sederhana yaitu orsinol, 4-metilresolsinol, 2-metilresolsinol, resolsinol, katekol, hidrokuinon, pirogalol dan floroglusinol. Contoh polifenol adalah lignin, melanin dan tanin (Harborne, 1987).

D.    Isolasi
   ISOLASI DAN IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT AKAR TUMBUHAN Kleinhovia hospita Linn. (PALIASA) DAN UJI TOKSISITAS TERHADAP Artemia salina Leach (ASRIANI ILYAS)
Isolasi dan identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak etil asetat kulit akar tumbuhan Kleinhovia hospita Linn. telah dilakukan. Uji toksisitas dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) menggunakan Artemia salina Leach. Teknik pemisahan yang digunakan terdiri atas ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian. Senyawa yang diperoleh diuji golongan senyawa dan dielusidasi strukturnya berdasarkan data spektroskopi UV, IR dan NMR. Empat senyawa yang diperoleh adalah senyawa fenolik [I], geranil-1”,3”-diokso-para-kresol [II], senyawa steroid [III], dan 4-hidroksi sinamida [IV]. Senyawa [I] dan [IV] bersifat toksik dengan LC50 195,24 dan 180,53 µg/ml.”

E.     Bioaktivitas dan kesimpulan
    Fenil propanoid merupakan salah satu golongan besar senyawa dari tanaman yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan. Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin. Golongan senyawa ini adalah zat antara dari jalur biosintesis asam sikimat. Berdasarkan strukturnya, fenilpropanoid memiliki cincin fenil yang menjadi tempat melekatnya rantai samping 3C. Fenilpropanoid juga dapat mengandung satu atau lebih residu C6-C3. Karakteristik lainnya adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat satu atau beberapa gugus hidroksil yang melekat pada rantai aromatik, sehingga memiliki sifat fenolik. Fenilpropanoid dapat diklasifikasikan berdasarkan gugus kimia dasarnya, yaitu Asam hidroksisinamat, Fenil propena, Kumarin, Fenilpropanoid rantai pendek, Turunan bifenilpropenoid, dan Fenilpropanoid dengan berat molekul tinggi.

Permasalahan :
1.      Jelaskan perbedaan struktur asam hidroksisinamat dengan kumarin ?
2.      Apa perbedaan yang mencolok dari fenilpropanoid dengan berat molekul tinggi dibandingkan dengan fenilpropanoid biasa ?
3.      Dalam pengobatan apa saja , fenil propanoid ini digunakan ?
4.      Apakah senyawa fenil propanoid berbahaya jika ada reaksi yang salah ?

Rabu, 19 September 2018

Pertemuan 6 : Alkaloid


Kimia Organik Bahan Alam
Pertemuan 6 : Alkaloid

A.    Asal Usul

    Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosikl
   Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
  Alkaloid adalah zat golongan organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
   Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam memiliki keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi adapula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan strikhnin, adalah alkaloida yang terkenal dan memiliki efek fisiologis dan psikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus digunakan dari campuran yang rumit yang berasal.
     Dari segi biogenetik, alkaloid asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang mengembalikan alkaloid jenis isokuinolin, dan triptofan yang menurunkan alkaloid indol, Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah Reaksi Mannich 20akan aldehida dan amin primer dan sekunder, dan sutu enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga terlibat reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
   Alkaloid diproduksi oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, jamur (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara umum dapat dilakukan dengan teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dapat diterima oleh alkaloid. Salah satu contoh tanaman alkoloid adalah pepaya yang merupakan penghasil papain.

B.     Struktur Molekul

    Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara

yaitu :
1.      Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol. Struktur masing-masing alkaloida tersebut adalah sebagai berikut :

2.      Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya.
   Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3.      Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja


C.     Skrining Fitokimia

   Uji skrining fitokimia senyawa golongan alkaloid dilakukan dengan menggunakan metode Culvenor dan Fitzgerald.
   Bahan tanaman segar sebanyak 5-10 gram diekstraksi dengan kloroform beramonia lalu disaring. Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan 0,5-1 ml asam sulfat 2N dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (atas) dipipet dan dimasukkan ke dalam tiga buah reaksi. Ke dalam reaksi yang pertama ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer. Ke dalam tabung reaksi kedua ditambahkan dua tetes per -aksi Dragendorf dan ke dalam tabung reaksi yang sama dengan dua tetes pereaksi Wagener. Adanya senyawa alkaloid Tanda dengan hasil akhir reaksi pada saat yang pertama dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada tabung reaksi kedua dan ketiga.
   Menciptakan Polycarbonoform beramonia, dapat dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 1 ml amonia pekat 28% ditambahkan ke dalam 250 ml kloroform. Kemudian dikeringkan dengan informasi 2,5 gram Natrium sulfat anhidrat dan disaring.
   Pembuatan solusi Mayer dilakukan dengan cara mengambil HgCl2 sebanyak 1,5 gram dilarutkan dengan 60 mlades. Di tempat lain dilarutkan KI sebanyak 5 gram dalam 10 mlades. Kedua solusi yang telah dibuat tersebut kemudian dicampur dan diencerkan dengan volume hingga 100 ml. pereaksi Mayer yang dibeli sekarang dalam botol gelap.  
   Pembuatan pereaksi Dragendorf dilakukan dengan mencampur Bismut subnitrat sebanyak 1 gram dilarutkan dalam campuran 10 ml asam asetat glasial dan 40 ml loteng. Di tempat lain 8 gram KI dilarutkan dalam 20 mlades. Kedua solusi yang telah dibuat diencerkan dan diafikkan dengan volumenya 100 ml. pereaksi Dragendorf ini harus disimpan dalam botol yang berwarna gelap dan hanya dapat digunakan selama periode setelah dibuat.
   Pembuatan pereaksi Wagner, dilakukan dengan cara mengambil komponen KI sebanyak 2 gram dan yodium sebanyak 1,3 gram kemudia dilarutkan dengan meades sampai volumenya 100 ml kemudian disaring. Pereaksi Wagner ini juga harus disimpan dalam botol yang gelap
Sumber: Lully Hanni Endarini, Farmakognisi dan Fitokimia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

D.    Isolasi
    Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah  kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian adalah umumnyasifat umum, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untukbeberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidakbersifat basa. Anda akan menggunakan bahan-bahan galat yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.      Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik per Azas Keller. Yaitu alkaloid disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang ada digunakan sebagai bentuk garam, terlepas dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu dicatat basa lain yang lebih kuat dari basa alkaloida tadi. AlkaloidaYang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organik misalnya Kloroform. Tidak melakukan ekstraksi dengan udara karena dengan udara yang masuk kedalam udara yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam udara, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk ke dalam kloroform disamping alkaloida dan juga fatlemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksibdengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu memperoleh sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini  tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi penggantian legi lebih lanjut. Penentuan untuk setiap alkaloida berbeda untuk setiap jenisnya
2.      Pemurnian alkaloid dapat dilakukan dengan cara modern yaitudengan pertukaran ion.
3.      Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi Cara kedua dan ketiga adalah cara yang paling umum dancocok untuk menghitung asam alkaloid. Tata kerja untukmengisolasi dan mencari alkaloid yang tersedia dalambahan-bahan tumbuhan yang dalam skala miligrammenggunakan kromatografi kolom memakai alumina dankromatografi kertas.

E.     Bioaktivitas
Salah satu contoh bioaktivitas alkaloid :
“ISOLASI DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA ALKALOID DARI KULIT BATANG LITSEA GLUTINOSA MADANG” Ernawati, Widya (1404100032)
Dua senyawa alkaloid aporfin telah diisolasi dari eksrak metanol kulit batang Litsea glutinosa yaitu senyawa X yang merupakan senyawa tebal dan senyawa Y yang diduga sebagai alkaloid aporfin yang tersubsitusi pada C-1 2 9 dan 10 oleh gugus hidroksi -OH metoksi -OCH3 dan metilendioksi -OCH2 - O-. (Senyawa LC50 sebesar 13179 ppm untuk senyawa boldin dan 15105 ppm untuk senyawa Y dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT dan nilai LC50 sebesar 18696 ppm untuk senyawa boldin dan 20186 ppm untuk senyawa Y dengan larva instar III nyamuk Aedes aegypti.
Lebih lengkap di :

Permasalahan :
1.      Apa perbedaan golongan pridin dan tropan pada alkaloid ?
2.      Seberapa besar kebasaan dari alkaloid ? dan dampak kebasaan tersebut bagi organisme terutama tumbuhan ?
3.      Alkaloid jenis apa yang beracun ? dan bagaimana cara mengatasinya ?





Rabu, 12 September 2018

Pertemuan 5 : Flavonoid


Kimia Organik Bahan Alam
Pertemuan 5 : Flavonoid

A.    Asal-usul flavonoid

    Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6 -C3 -C6, yaitu dua cincin aromatik yang dipilih oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid tersedia dalam semua tumbuhan hijau Dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan.
   Golongan flavonoid dapat Dikaitkan sebagai deretan senyawa C6 -C3 -C6, artinya memerintahkan karbonnya terdiri di atas gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.
     Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Hal tersebut disebabkan flavonoid memiliki berbagai macam aktivitas terhadap macam-macam organisme (Robinson, 1995). Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid seperti aktivitas antifungi, diuretik, antihistamin,antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim.
    Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan salah satuaktif yang menjadi kata kunci penelitian dalam mengembangkan obat 1 2 tradisional Indonesia. Hal penting dari keterlibatan flavonoid dalam tumbuhan adalah Adakan kecenderungan yang kuat bahwa tumbuhan yang akan membutuhkan menghasilkan flavonoid yang jenisnya mirip.
    Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan.

B.     Struktur Molekul Flavonoida
Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunann ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida yaitu:
1.       Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
2.       Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana


3.       Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana



Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (Cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilalsi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.

     Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa ciri struktur yaitu : Cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2, 4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan pada cincin hetero siklik-oksigen dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering ditemukan sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri memiliki cincin piran yang menghubungkan tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena. Sistem penomoran flavonoid bisa dilihat pada gambar 1.

Struktur berbagai tipe atau golongan flavonoid sesuai dengan dasar dasar heterosiklik beroksigen yang dapat berupa gama piron, piran atau pirilium. Tergantung pada auron dan khalkon, siklisasi terjadi antara atom karbon didekat cincin benzen (B) dan satu gugus hidroksil cincin A. Kelas-kelas yang berlainan di flavonoid dibedakan antara cincin heterosiklik oksigen dan juga hidroksil yang pola berdasarkan pola berlainan (Robinson, 1991). Perbedaan dalam bagian rantai nomor 3 menentukan senyawa flavonoid yaitu flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, isoflavon, auron dan khalkon. Kerangka flavonoid cincin benzoil dan cinnamoil bisa dilihat pada gambar 2. Kerangka dari tipe-tipe flavonoid bisa dilihat gambar 3.



C.     Skrining Fitokimia/Reaksi Pengenalan
  Sebagian besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoida terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.

  “SKRINING FITOKIMIA DAN PENETAPAN KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK METANOLIK HERBA BOROCO (Celosia argentea L.) Abd.Malik, Ferawati Edward, Risda Waris, Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Muslim Indonesia”.....
   Boroco bernama latin Celosia argentea L., yang termasuk dalam keluarga tumbuhan Amaranthaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama-nama daerah seperti bayam ekor belanda, bayam kucing (Bangun, 2012). Tanaman Boroco ini adalah tumbuhan yang tumbuh tegak, tingginya sekitar 30-100 sentimeter, sering tumbuh liar di sisi jalan, pinggir selokan, tanah lapang terlantar.
   Batangnya ke atas dengan alur kasar memanjang, bercabang banyak, warna ijau atau merah. Daunnya berwarna hijau atau merah, bentuk bulat telur memanjang, ujung lancip, tepinya bergerigi halus hampir rata.Bunganya bulir Panjang 3-10 sentimeter, warna merah muda atau ungu, bijinya hitam cerah, bunga tumbuh di ujung-ujung cabang (Bangun, 2012).......
Lebih Lengkap Kunjungi :
D.    Isolasi dan pemurnian serta penentuan struktur
   Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu zat-zat asam yang dapat larut dalam basa. Karena memiliki jumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau gula, flavonoid merupakan senyawa kutub dan seperti kata pepatah lama akan golongan akan melarutkan golongannya sendiri, kemudian secara umum flavonoid cukup cukup dalam.
     pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), udara, dan lain-lain. MATA, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform
Idealnya, untuk analisis fitokimia, maka jaringan organik segar. Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan harus dicemplungkan ke dalam alkohol mendidih. Kadang-kadang tumbuhan yang ditelaah tidak tersedia dan mungkin diberikan oleh seorang pengumpul yang tinggal di negara lain.Dalam hal demikian, jaringan yang dianggap segar harus disimpan kering dalam kantung plastik, dan akan tetap dalam kondisi baik untuk dianalisis setelah beberapa hari dalam perjalanan dengan pos udara .
Pada prosedur ekstraksi memiliki jalan pintas yang dapat dipelajari dari pengalaman. Misalnya, ketika mengisolasi dari jaringan daun, yang larut dalam udara, dasar lipid dihilangkan pada tahap sebelum pemekatan, yaitu dengan mencuci ekstrak secara berulang-ulang dengan eter minyak bumi. Kenyataannya, bila ekstrak etanol diuapkan dengan penguap putar, hampir semua klorofil dan lipid melekat pada dinding labu. Dengan keterampilan, pemekatan dapat dilakukan tepat sampai saat tertentu mengandung cemaran lemak .
E.     Bioaktivitas
Kandungan Fitokimia dan Bioaktivitas Ekstrak Metanol Biji Palem
Putri (Veitchia merillii)
   Adawiah Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia”
Lebih lengkap kunjungi :

Permasalahan :
1.      Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,mengapa bisa demikian ?
2.      Apakah flavonoida yang ditemukan selalu berbentuk glikosida ? adakah bentuk lain ?
3.      Ditumbuhan apa sajakah terkandung banyak flavonoida , dan apakah flavonoida mempercepat pertumbuhan tumbuhan tersebut ?





Sabtu, 08 September 2018

Pertemuan 4 : Steroid


Kimia Bahan Alam
Pertemuan 4 :  Steroid
A.    Asal-usul steroid

     Steroid adalah senyawa organik lemak tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi menurun dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: hidrokarbon tetrasiklik jenuh: 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid memiliki struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain berfungsi pada gugus fungsi yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan juga oksidasi setiap-cincin.
    Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat menghasilkan efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna untuk jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalkan rambut, jerawat dan timbulnya tulang pada pria . Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
      Pada tahun 1849, penelitian tentang steroid dimulai oleh seorang ahli bernama Berthold. Dalam penelitiannya ia menggunakan ayam jantan sebagai percobaan untuk mengetahui fungsi buah pelir. Selanjutnya dilakukan pembedahan terhadap ayam-ayam tersebut untuk mengangkat buah pelirnya. Hasil dari pembedahan tersebut menunjukkan beberapa hal seksual laki-laki (kejantanan) yang Keluar dari ayam tersebut. Dapat dijelaskan bahwa testis (buah pelir) adalah organ tubuh yang sangat penting yang berhubungan dengan sistemika kerja tubuh. Selain itu testis adalah bagian tubuh yang menjadi “pejantan” sesungguhnya.
       Sejarah steroid anabolik dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1930-an, sebelum istilah steroid bahkan digunakan. Pada tahun 1930-an, sebuah tim ilmuwan mampu menciptakan bentuk sintetis testosteron (hormon pria) untuk membantu mengobati pria yang tidak dapat menghasilkan cukup hormon untuk pertumbuhan normal, perkembangan, dan fungsi seksual. Kemudian, selama Perang Dunia II ditemukan bahwa bentuk testosteron buatan ini dapat digunakan untuk membantu tentara yang kekurangan gizi menambah berat badan dan meningkatkan kinerja. Setelah perang, atlet mulai menggunakan steroid untuk meningkatkan kinerja mereka dalam kompetisi. Pada Olimpiade 1956, atlet Soviet, terutama pegulat, tampil di level yang sangat tinggi. Setelah mengetahui bahwa para atlet itu menggunakan testosteron, seorang dokter Amerika (Dr. Zeigler) menciptakan bentuk yang lebih selektif dari apa yang kita ketahui sebagai steroid anabolik.

B.     Struktur Molekul Steroid
     Steroids dapat didefinisikan oleh struktur kimianya. Kami melihat bahwa steroid adalah senyawa organik yang mengandung empat cincin atom karbon. Secara khusus, kita melihat bahwa semua steroid memiliki tiga cincin karbon 6-sisi dan satu cincin karbon 5-sisi.

   Namun, steroid yang berbeda memiliki gugus fungsi yang berbeda. Kita ingat bahwa kelompok fungsional adalah kelompok atom yang sering kita temukan bersama yang memiliki perilaku tertentu. Ketika kita melampirkan berbagai kelompok fungsional ke cincin steroid dasar, kita mendapatkan steroid dengan fungsi yang berbeda. Kami akan berbicara tentang berbagai fungsi steroid nanti dalam pelajaran ini.

   Tapi pertama-tama, kami menyebutkan bahwa steroid adalah senyawa organik, dan kami tahu bahwa senyawa organik harus mengandung karbon. Oleh karena itu, senyawa organik adalah hal-hal seperti karbohidrat, protein, dan lipid. Bahkan, steroid diklasifikasikan di bawah kelompok lipid. Ini agak menarik karena kita melihat bahwa struktur dasar steroid sedikit berbeda dari lipid lainnya seperti trigliserida atau fosfolipid. Namun, steroid masih sesuai dengan kategori ini karena, seperti lemak lain, steroid dibuat sebagian besar dari atom karbon dan hidrogen, dan mereka tidak larut dalam air.






C.     Skrining fitokimia/reaksi pengenalan
“Salkowski Tests: Chloroform larutan dari ekstrak ketika dikocok dengan asam sulfat pekat dan pada hasil panen warna merah.”
“Lieberman Burchardt tests: larutan Chloroform dari ekstrak dengan beberapa tetes anhidrida asetat dan satu ml terkonsentrasi asam sulfat dari sisi memberikan cincin kemerahan di persimpangan dari 2 lapisan.”

D.    Isolasi dan pemurnian serta penentuan struktur steroid
“Preparasi isolasi dan pemurnian lima saponin steroid dari Dioscorea zingiberensis C. Tepat dengan kromatografi counter-current kecepatan tinggi ditambah dengan detektor hamburan cahaya evaporatif”
    Penelitian ini dilakukan dengan instrumen persiapan TBE-300A HSCCC yang dibeli dari Tauto Biotech Co., Shanghai, China. Peralatan ini dilengkapi dengan seperangkat kolom pemisahan tiga-multilayer dan loop sampel 20 mL. Kolom digulung terbuat dari polytetrafluoroethylene (PTFE) tubing 1,5 mm I.D. dengan total kapasitas 300 mL. Nilai β berkisar dari 0,5 pada lapisan internal hingga 0,8 pada lapisan eksternal. (β = r / R, di mana r adalah radius rotasi atau jarak dari kumparan ke poros dudukan, dan R adalah radius revolusi atau jarak antara sumbu dudukan dan poros pusat centrifuge). Kecepatan revolusi peralatan diatur dari 0 hingga 1000 rpm dengan pengontrol kecepatan, sementara 800 rpm digunakan selama penelitian ini. Pelarut dipompa ke dalam kolom dengan pompa aliran konstan model TBP5002 (Tauto Biotech Co. Ltd, Shanghai, Cina), dan efluen secara terus menerus dipantau dengan detektor penghamburan cahaya Alltech 800 evaporative. Workstation kromatografi N2000 (Universitas Zhejiang, Hangzhou, Cina) digunakan untuk merekam kromatogram. Analisis kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dilakukan menggunakan peralatan Aliansi Air 2695 (Waters, Milford, MA, USA) dengan degasser vakum, pompa quaternary tekanan rendah, autosampler, dan detektor hamburan cahaya Alltech 2000 evaporative. Analisis saponin steroid dilakukan dengan kolom Welchrom C18 (250 × 4,6 mm, 5 μm), dan evaluasi dan kuantifikasi dilakukan pada Empower Workstation. Spektrometer resonansi magnetik nuklir (NMR) adalah Buker Acance 500 MHz (Bruker BioSpin, Rheinstetten, Jerman), sementara ESI-MS dilakukan dengan spektrometer massa perangkap Thermo LTQ-XL (Thermo Scientific, USA).

E.     Bioaktivitas
    “UJI AKTIVITAS SENYAWA TURUNAN TERPENOID, STEROID DAN FENOLIK DARI EKSTRAK JARINGAN KAYU BATANG TUMBUHAN NDOKULO (Kleinhovia hospitaL.) TERHADAP PERTUMBUHAN SEL KANKER (Leukemia P-388)”   

     Penelitian tentang uji aktivitas ini bertujuan untuk menentukan sifat bioaktivitas dan toksisitas senyawa berasal terpenoid, steroid dan inti jantung dari ekstrak jaringan tanaman Ndokulo (Kleinhovia hospita L.) pada pertumbuhan sel kanker (leukemia P-388). Metode yang digunakan adalah, sampling batang tanaman Ndokulo, persiapan, maserasi, evaporasi, ekstraksi, fraksinasi, dan uji aktivitas terhadapArtemia salina dan sel kanker. Komponen utama dari ekstrak n-heksana dari empulur ini tanaman adalah senyawa β-sitosterol. Tes terhadap A. salina memiliki kecenderungan yang sama dengan tes murine sel leukemia P-388 sehingga tes utama untuk mengukur toksisitas sampel A. salina adalah sebanding dengan tes sekunder dengan mengukur sampel sitotoksisitas terhadap sel-sel leukemia murine P388. Pengukuran menunjukkan bahwa ekstrak memiliki bioaktivitas terhadap Artemia salina dan berpotensi menghambat pertumbuhan sel kanker.

Permasalahan :
1.      Seberapa besar manfaat dari hormon-hormon steroid dalam tubuh ?
2.      Antara terpenoid dengan steroid,mana yang lebih besar fungsinya bagi tubuh makhluk hidup ?
3.      Apa yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan uji bioaktivitas steroid ?