KIMIA BAHAN ALAM
Pertemuan 3 : “ Terpenoid ”
A.
Asal Usul Terpenoid
Terpenoid
(atau isoprenoid), subkelas dari prenyllipids (terpenes, prenylquinones, dan
sterol), mewakili kelompok tertua produk molekul kecil yang disintesis oleh
tanaman dan mungkin kelompok produk alami yang paling luas.
Terpenoid dapat digambarkan sebagai terpen yang
dimodifikasi, di mana kelompok metil dipindahkan atau dihilangkan, atau atom
oksigen ditambahkan. Terbalik, beberapa penulis menggunakan istilah
"terpenes" lebih luas, untuk memasukkan terpenoid.
Terpenoid
merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen
merupakan golongan hidrokarbon yang dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian
kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8) n. Terpenoid disebut juga
dengan isoprenoid. Hal ini karena karbonat sama seperti senyawa isopren.
Struktur jaringan yang digunakan untuk penggabungan dari unit isoprena, dapat
berupa rantai terbuka atau siklik, dapat menjadi ikatan rangkap, gugus
hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya.
Para ahli kimia yang melakukan sintesa
terpenoid in vivo dalam organisme jaringan. Hipotesa ini didukung oleh penemuan
bahwa (+) atau (-) limonene dan (+) - limonene (disebut juga dipenten) pada
pirolisa dapat menghasilkan isoprena. Begitu pula dua unit isoprena pada
pemanasan dapat menghasilkan dipenten melalui reakasi Diels-Alder.
Monoterpen .
Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan budidaya maupun pada
ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan
senyawa yang berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dari
hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang
nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka
adalah zat-zat berwarna, bentuk kristal, aroma bertitik leleh tinggi dan aktif
optik yang secara khusus dicirikan oleh tak ada kereaktifan kimianya.
B.
Struktur Molekul
Reaksi siklisasi terpenoid adalah reaksi
paling kompleks yang ditemukan di alam, di mana rata-rata lebih dari separuh
atom karbon substrat mengalami perubahan dalam ikatan, hibridisasi, dan stereokimia
selama siklus kaskade multistep. Selain itu, karena terpenoid siklik biasanya
tidak dapat dihasilkan dari prekursor linier dalam ketiadaan enzim, peningkatan
tingkat katalitik dari siklase terpenoid selama tingkat tak terkatalisis adalah
besar tak terukur.
Dari gabungan sebagian besar terpenoid mengandung
atom karbon yang merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukkan
pula bahwa sebagian besar terpenoid memiliki karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan sebagai sebab
karbonnya seperti senyawa isopren.
C.
Skrining Fitokimia/reaksi pengenalan terpenoid
Identifikasi
senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan terpenoid
dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang
positif menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua
cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi.
·
Sekletasi
Lakukan dengan melakukan disokletasi pada
serbuk kering yang akan dibatalkan dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana
dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan
lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
·
Teknik maserasi
menggunakan pelarut metanol.
Ekstrak metanol dipekatkan kemudian
dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL
n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksanadikentalkan lalutes fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan
pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum yang digunakan secara bersamaan.
Lalu masukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth kemudian
diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35 ° C. suspensi baketri
homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin dan juga
pelarutnya sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 ° C.
dilakukan tunjukkan daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi
Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam
setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Rasanya adalah asam asetat anhidrat
adalahuntuk mengatur turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan
asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena
golongansenyawa ini yang paling baik di dalam pelarut ini dan yang paling
prinsip adalah tidak mengandung molekul udara. Jika dalam lingkungan uji
terdapat molekul udara makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam
asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
3
reaksi dasar, yaitu:
1.
Pembentukan
isoprena aktif dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.
Penggabungan
senyawa dan ekor dua satuan isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-,
sester-, dan poli-terpenoid.
3.
Pengumpulan ekor
dan ekor dari unit C15 atau C20 menghasilkan terpenoid atau steroid.
D.
Isolasi dan pemurnian serta penentuan struktur
Isolasi adalah
proses pemisahan komponen-komponen kimia yang membentuk bahan-bahan. isolasi
terdiri dari terpisah, pemurnian, konfigurasi dan penetapan.
Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan metode
maserasi, sokletasi dan destilasi uap. Dengan metode perkolasi tidak mudah
karena sifat terpenoid yang mudah menguap akan menyebabkan zat yang hilang.
Dengan metode refluks juga tidak dapat digunakan karena dapat menyebabkan
putusnya ikatan rangkap dan struktur kimia terpenoid. Metode infundasi kurang optimal
karena pelarut udara kurang bisa menarik terpenoid.
Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah
pelarut organik yang bersifat non-polar seperti eter karena terpenoid merupakan
rantai hidrokarbon yang panjang yang bersifat hidrofob.
Contoh dalam
jurnal “Senyawa terpenoid telah diisolasi
dari ekstrak metanol batang tanaman Actinodaphne procera Nyampu. Metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah metode ekstraksi maserasi fraksinasi
kromatografi lapisering KLT kromatografi cair kolom vakum KCKV dan kromatotron.
Identifikasi struktur dilakukan dengan metode spektroskopi ultra violet UV
infra merah IR spektroskopi 13C-NMR dan spektroskopi 1H-NMR. Hasil-hasil yang
dapat diperoleh dari senyawa X, yaitu triterpenoid pentasiklik yang memiliki
dasar Lupan yaitu Lupeol. Uji bioaktifitas yang dilakukan terhadap hasil-hasil
analisis toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT terhadap
larva Artemia salina L. dan insektisida terhadap larva instar III Aedes
aegypti. Hasil uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT
menunjukkan bahwa jumlah ini aktif dengan nilai LC50 sebesar 68,98 ppm. Uji
insektisida terhadap senyawa Lupeol menunjukkan bahwa hasil ini aktif dengan
LC50 357,03 ppm”
E.
Bioaktivitas
“Isolasi Senyawa
Terpenoid Dan Uji Bioaktivitas Antioksidan Dari Tumbuhan Kacang Kayu (Cajanus
Cajan (L) Millsp) Dari Pulau Poteran-Madura”
Radikal
bebas adalah molekul atau atom yang tidak stabil karena memiliki satu atau
lebih elektron
yang tidak berpasangan. Menyembuhkan diri dari mengambil elektron dari sel tubuh
manusia, dapat ditumbuhkan DNA struktur (Deoxyribo Nucleic Acid) Muncul sel-sel
mutan. Zat yang dapat menghambat atau mencegah reaksi oksidasi radikal bebas
adalah antioksidan. Dalam penelitian ini dilakukan senyawa terpenoid dari tumbuhan
kacang kayu (Cajanus cajan (L) Millsp) yang ada di Pulau Poteran-Madura juga menentukan
bioaktivitas antioksidannya. Selain itu pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas
antioksidan, antioksidan dari terpenoid secara komersial menggunakan DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode kerusakan yang adalah adalah maserasi
dengan pelarut metanol yang kemudian difraksinasi. Ekstrak pekat metanol difraksinasi
dengan kromatografi cair vakum (KCV) menggunakan eluen metile klorida dan etil asetat
yang berdasarkan kepolarannya. Fraksi yang dihasilkan kemudian dimurnikan dengan
rekristalisasi menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksana. Senyawa murni
yang dapat dilakukan uji titik leleh, dan dilakukan uji pendahuluan
bioaktivitas antioksidan dengan metode DPPH........Dst
(Jurnal oleh Debora
Ariyani, Taslim Ersam
Jurusan Kimia,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Kampus ITS
keputih, Sukolilo Surabaya 60111)
Permasalahan :
1.
Apa saja yang
harus diperhatikan dalam melakukan isolasi pada terpenoid ?
2.
Mengapa
terpenoid punya peran penting dalam pertumbuhan suatu tanaman ?
3. Apakah bioaktivitas terpenoid dapat diterapkan pada semua tumbuh-tumbuhan ?
3. Apakah bioaktivitas terpenoid dapat diterapkan pada semua tumbuh-tumbuhan ?